PENJELASAN TENTANG MALAM NISHFU SYA’BÄN

Segala puji bagi Alläh, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Rasülulläh.

Diriwayatkan dari Rasülulläh, hadits;

  إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها

Maknanya: “Jika tiba malam pertengahan Sya’bän, mako hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang hari (setelah malam)nya” (H.R. Ibnu Mäjah).

  • Keutamaan Doa dalam Isläm

Alläh berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ

Maknanya: “Dan apabila hamba-hamba-Kü bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat (tidak tersembunyi dari-Ku sesuatu apapun). Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia memohon kepada-Ku, mako hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (Q.S. al Baqarah.186)

Rasülulläh bersabda:

 الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَة

Maknanya bahwa kedudukan doa dalam ibadah adalah tinggi. karena doa seorang mukmin kepada tuhannya mengandung pengakuan dari hamba terhadap ketuhanan Alläh dan kekuasaan Nya, dan pengakuan dari hamba terhadap nikmat-nikmat yang banyak yang Alläh anugerahkan kepadanya.

  • Keutamaan Shalat Sunnah di Malam Hari karena Allah

Rasülulläh bersabda:

أفْضَلُ الصَلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيل

Maknanya: “Shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat malam” (H.R. Muslim)

Hendaklah diketahui bahwa menghidupkan malam dengan amalan sunnah karena Alläh adalah termasuk perkara sunnah yang dianjurkan oleh Rasülulläh baik ia menghidupkan malam dengan shalat, doa, dzikir dan istighfâr, shalawat Nabi atau membaca al Qurăn, Ini adalah di antara perkara Yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Alah, disertai dengan melaksanakan kewajiban -kewajiban dan meniauhi perkara-perkara diharamkan.

  • Malam Nishfu Sya’bân dan Ibadah di dalamnya

Malam Nishfu Sya’bân adalah malam Yang diberkahi dan dimuliakan. Menghidupkan dan mengisi malam tersebut dengan berbagai rnacam ibadah seperti shalat. dzikir dan membaca al Qur’ân adalah sesuatu Yang dinilai baik dan mengandung pahala Yang agung. Diriwayatkan dari Nabi badits:

  إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها

Maknanya: “Jika tiba malam pertengahan Syaban, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang hari (setelah malamnya).” (H.R. Ibnu Mâjah)

Perkara paling utama Yang dikerjakan oleh seseorang di malam tersebut adalah bertakwa kepada Allâh di malam itu seperti di malam-malam Yang lain. supaya mendapatkan ridlâ Allâh, karena takwa adalah anugerah terbaik untuk manusia di dunia yang fana dan akan sirna ini.

Allâh berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Maknanya: “Hai orang-orang yong beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.” (Q.S. Ali łmrăn: 102)

Bertakwa kepada Allâh adalah melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara-perkara Yang diharamkan. Maka selayaknya bagi orang cerdik Yang panjang akal dan cerdas bersegera di malam Nishfu Sya’ban ini untuk melakukan kebaikan kebaikan sebagaimana selayaknya di semua waktu dan di semua malam. Dan selayaknya selalu mengingat bahwa kematian itu dekat dan pasti akan tiba, tidak bisa tidak. dan para hamba akan dibangkitkan lalu digiring ke padang di hari kiamat. Maka pasti akan selamat dan beruntung orang Yang beriman kepada Allâh dan para rasul-Nya serta bertakwa kepada-Nya. Dan akan merugi Orang Yang kufur kepada Allâh, berbuat zhălim dan berbuat maksiat.

Allăh berfirman:

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَیۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ

Maknanya: “Berbekal-lah, dan sesungguhnya seboik-baik bekal adalah takwa.” (Q.S_ al Baqarah: 197)

  • Penjelasan tentang Beberapa Hal

Dalam konteks pembicaraan tentang malam Nishfu Syaban ini. penting untuk dijelaskan tentang beberapa hal Yang cukup populer di kalangan banyak orang awam. padahal tidak shahîh dan tidak memiliki dasar dalam syara’, sebaliknya menyalahi syara’ Yang mulia ini.

Di antaranya:

  • Beberapa Hadits Palsu

Ada beberapa hadits palsu yang tidak boleh dinisbatkan kepada Rasülullâh, seperti hadits:

رجب شهر الله و شعبان شهري ورمضان شهر أمتي

“Rajab adalah bulan Allâh, Sya’bân adalah bulanku, dan Ramadlân adalah bulan ummatku. ”

Dan seperti hadits:

رجب شهر الإستغفار وشعبان شهر الصلاة على النبي ورمضان شهر القران فاجتهدوا رحمكم الله

“Rajab adalah bulan istighfâr, Sya’bân adalah bulan shalawat Nabi dan Ramadlân adalah bulan al Qur’ân, maka bersungguh-sungguhlah kalian, semoga Allâh merahmati kalian. ”

Dua hadits ini tidak ada asalnya menurut para ulama badits.

Sedangkan membaca surat Yâsin di malam ini, maka itu mengandung pahala, sebagaimana demikian halnya di waktu waktu yang lain. Akan tetapi, hendaklah diketahui bahwa tidak ada penjelasan dari Rasülullâh bahwa disunnahkan membaca surat Yâsin di malam ini secara khusus.

  • Penjelasan bahwa al Qur’ân Bukan Turun di Malam Nishfu Sya’bãn

Sebagaimana perlu diperhatikan bahwa malam Nishfu Sya’bân bukanlah malam yang dimaksud oleh firman Allâh.

فيها يفرق كل أمر حكيم

Maknanya: ‘Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Q.S. adDukhân: 4)

Meskipun hal ini beredar di sebagian orang awam, ini tidak shahih. Yang benar adalah bahwa malam di mana diberitahukan ketetapan Allah kepada para malaikat tersebut merupakan malam Lailatul Qadr. Makna ayat tersebut adalah bahwa Allâh memberitahukan kepada para malaikat di malam Lailatul Qadr tentang perincian hal-hal yang terjadi di tahun ini dari malam tersebut hingga malam yang sama di tahun setelahnya, mengenai perkara-perkara yang ditaqdirkan Allâh akan terjadi pada hamba, berupa kematian, kehidupan, kelahiran, rizki dan semacamnya.

Maka tidak selayaknya seseorang meyakini bahwa malam Nishfu Sya’bân adalah malam turunnya al Qur’ân ke Baitul ‘Izzah di langit pertama. Yang benar malam itu adalah malam Lailatul Qadr dengan dalil firman Allâh

إنا أنزلناه فى ليلة القدر

Maknanya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur’ân) pada Lailatul Qadr.” (Q.s. al Qadr: 1)

jadi ayat ini menafsirkan ayat lain:

إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةࣲ مُّبَـٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِینَ فِیهَا یُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِیمٍ

maknanya: “sesungguhnya kami menurunkan pada sau malam yang diberkahi, dan seseungguhnya kami-lah yang memberi peringatan. pada malam itu, dijelaskan ketetapan Allah yang penuh hikmah” (Q.S. aD-Dukhan: 3-4).

Tinggalkan Balasan

ke atas